Selasa, 08 November 2011

Pedoman Teknis Tunas Pokok


Tunas Pokok

Definisi

Tunas pokok adalah pekerjaan membuang pelepah kelapa sawit yang sudah tidak berfungsi lagi dan meninggalkan sejumlah pelepah yang berguna untuk proses fotosintesa, biasanya jumlah pelepah yang ditinggalkan adalah 48-56 pelepah untuk tanaman muda (songgo 3), 40-48 pelepah untuk tanaman dewasa (songgo 2) dan 32-40 pelepah untuk tanaman tua (songgo 1).

Tujuan Penunasan :
-     Agar pelepah-pelepah yang tidak berfungsi tidak mengambil makanan dari batang.
-     Mempermudah pekerjaan potong buah ( melihat dan memotong buah masak ).
-     Menghindari tersangkutnya brondolan pada ketiak cabang.
-     Mempermudah pengamatan buah matang pada saat pekerjaan potong buah.
-     Melakukan sanitasi ( kebersihan ) tanaman, sehingga menciptakan lingkungan yang        tidak sesuai bagi perkembangan hama dan penyakit.
-     Memperlancar proses penyerbukan alami.
-     Pada tanaman muda ( tunas pasir ) dapat mempermudah pemupukan, cuci rumput         piringan,  dan  pengutipan brondolan.

1.    TUNAS PASIR
Selama masa TBM hingga 6 ( enam )  bulan sebelum panen pertama, tidak dibenarkan melakukan pekerjaan tunas apapun karena diharapkan untuk vegetatifnya. Prinsip pertama ( tunas pasir )  adalah hanya membuang cabang-cabang tua dan kering.
Cara Penunasannya :
-  Seluruh cabang-cabang tua dan kering dibuang, sedangkan cabang di atasnya dibiarkan.
-     Cabang dipotong rapat ke pangkal dengan memakai dodos kecil ( mata dodos        7 – 8 cm ) atau arit kecil, kemudian cabang-cabang tersebut di keluarkan dari piringan dan disusun di tengah-tengah gawangan mati.
-    Setelah pekerjaan tunas pasir selesai hingga masa tunas selektif, maka dilarang keras memotong cabang untuk tujuan apapun, kecuali untuk analisa daun, ini pun hanya dibenarkan mengambil anak daunnya saja.


2.    TUNAS SELEKTIF
Dilakukan pada tanaman menghasilkan (TM) yang berumur 5 – 6 tahun, tergantung pada pertumbuhan pokok dengan tujuan mempersiapkan pokok untuk dipanen. Suatu blok tanaman dapat mulai ditunas selektif jika sekurang-kurangnya 40% telah mempunyai tandan buah yang hampir masak pada tinggi ± 90 cm dari tanah         ( diukur dari permukaan tanah ke pangkal tandan tertua ).
Cara Penunasannya :
-    Batas tunas adalah ditinggal 3 (tiga) cabang di bawah buah terendah atau lazim disebut songgo 3.
-    Semua cabang di bawah 3 (tiga) songgo buah tersebut di atas supaya di tunas secara timbang air keliling pokok.
-    Cabang dipotong rapat ke pangkal dari arah samping dan membentuk tapak kuda untuk menghindari pelukaan pokok.
-     Semua epiphyt  seperti pakisan dan lain-lain yang tumbuh di pokok sawit harus dicabut/dibersihkan.
-     Penunasan sisa pokok yang 60% lagi dilaksanakan 4 bulan kemudian, sehingga semua pokok di blok tersebut akhirnya selesai
 Alat  yang digunakan :
-     Alat untuk tunas selektif adalah dodos besar ( lebar mata yang tajam 14 cm ) yang dipakai juga untuk potong buah pada tanaman produktif muda.
-     Alat yang sama masih terus dipakai untuk tunas biasa hingga pokok mencapai ketinggian ± 2,5 meter.
-     Alat ini diberi gagang sepanjang 1,5 – 2 meter. Cabang dipotong rapat ke pangkal dari arah samping dan membentuk tapak kuda untuk menghindari pelukaan pokok.
3.    TUNAS UMUM ( PERIODIK )
Dilakukan pada tanaman yang telah berumur di atas 6 ( enam ) tahun dengan rotasi 9 ( sembilan bulan ) sekali, sedangkan untuk satu tahun ada 1,3 rotasi. Perencanaannya tiap tahun harus didasarkan pada rotasi terakhir di tahun sebelumnya.

Cara Penunasannya :
-   Pada tanaman muda dan remaja ( sampai umur 8 tahun ), jumlah daun yang aktif dipertahankan 48 – 56 cabang atau dengan istilah songgo 3. Sedangkan untuk tanaman yang lebih tua di tinggal 40 - 48 cabang dengan istilah songgo 2.
-       Cabang dipotong rapat ke batang dengan bidang tebasan berbentuk tapak kuda yang membentuk sudut 30ยบ terhadap garis horizontal
-      Selama menunas, semua epiphyt pada batang dibersihkan dengan mencabut dengan tangan dan memukul pakai cabang pada bagian yang lebih tinggi.
-       Untuk pohon yang sakit atau kuning daunnya karena defisiensi hara harus ditunas lebih hati-hati, cukup membuang daun yang kering saja. 
Cara Penyusunan cabang :
- Cabang-cabang disusun ( dirumpuk ) di tengah-tengah gawangan mati. Untuk memudahkannya, setiap 5 ( lima ) pokok dibuat pancang dari cabang, sehingga susunan cabang lurus/tidak lari.
-    Cabang tidak perlu dipotong-potong, melainkan disusun  memanjang searah barisan pohon, saling tindih dan tidak berserakan. Diusahakan pangkal cabang letaknya seragam, misalnya menghadap ke arah Timur atau ke Barat semua, sehingga rumpukan tidak melebar.
-          Setiap 50 meter agar dibuat “pintu” untuk jalan melintas antar gawangan.
-         Bila di gawangan mati kebetulan terdapat parit yang memanjang searah barisan pohon, maka cabang-cabang harus dipotong menjadi tiga bagian dan disusun diantara pokok dalam barisan.
-      Susunan cabang baik yang di gawangan mati maupun diantara pokok dalam barisan harus berada di luar piringan.
-       Untuk areal berbukit cabang disusun diantara tanaman untuk mencegah erosi     ( hasil penyusunan cabang disajikan pada Gambar 12.4. ).
-       Untuk areal bergelombang yang arah rintisannya memanjang dari puncak bukit ke kaki bukit, susunan cabang harus searah ( artinya pucuk bertindih dengan pucuk, pangkal dengan pangkal ), dimana pucuk harus berada di bagian lereng yang tertinggi.

Keuntungan Cara Penyusunan Cabang di atas adalah :
a.    Cabang tidak perlu dipotong-potong, kecuali jika ada parit memanjang searah gawangan, sehingga menghemat energi dan waktu tukang potong buah/tunas.
b.    Piringan tidak bertambah sempit oleh ujung-ujung cabang karena telah disusun jauh di tengah gawangan mati.
c.    Hancak panen dari masing-masing tukang potong buah lebih aman dari saling “curi buah” antara sesama pemanen ( pindah antar rintis lebih sulit ).
d.    Menekan pertumbuhan gulma ditengah gawangan.
e.    Sebagai bahan pupuk organik yang selanjutnya menambah hara tanah, menjaga struktur tanah dan kelembaban, sehingga merangsang pertumbuhan akar sawit di daerah gawangan mati.
f.     Mempermudah aktifitas pekerjaan lainnya seperti penaburan pupuk, semprot piringan, pengambilan buah dan kutip brondolan.

ORGANISASI TUNAS
1.    Satu orang menghancakkan satu pasar rintis ( 2 baris tanaman ).
2.    Kembali mengancak 1 orang 1 baris
3.    Potong cabang, langsung disusun menurut point 5.
4.    Tunasan harus mepet ke pokok dan membentuk tapak kuda.
5.    Bersihkan pokok dari epiphyt dan sampah-sampah dibuang ke luar piringan.
6.    Setelah itu baru pindah ke pokok berikutnya.
g.    Perpindahan dari blok ke belok berikutnya di satu divisi harus sistematis ( searah jarum jam atau kebalikannya dan harus konsisten ).
Kemampuan Tenaga Tunas
1 orang mampu melakukan pekerjaan tunas antara 55 sd 70 pokok atau 2,5 Hk sd 2 HK per hektar. Atau dengan biaya Rp 1090 perpokok atau Rp 150.000 per hektar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar