Tunas Pokok
Definisi
Tujuan Penunasan :
- Agar
pelepah-pelepah yang tidak berfungsi tidak mengambil makanan dari batang.
- Mempermudah pekerjaan potong buah
( melihat dan memotong buah masak ).
- Menghindari tersangkutnya
brondolan pada ketiak cabang.
- Mempermudah pengamatan buah matang
pada saat pekerjaan potong buah.
- Melakukan sanitasi ( kebersihan )
tanaman, sehingga menciptakan lingkungan yang tidak sesuai bagi perkembangan
hama dan penyakit.
- Memperlancar proses penyerbukan
alami.
- Pada tanaman muda ( tunas pasir )
dapat mempermudah pemupukan, cuci rumput piringan, dan pengutipan brondolan.
1.
TUNAS
PASIR
Selama masa TBM hingga 6 ( enam )
bulan sebelum panen pertama, tidak dibenarkan melakukan pekerjaan tunas
apapun karena diharapkan untuk vegetatifnya. Prinsip pertama ( tunas pasir
) adalah hanya membuang cabang-cabang
tua dan kering.
Cara Penunasannya :
- Seluruh
cabang-cabang tua dan kering dibuang, sedangkan cabang di atasnya dibiarkan.
- Cabang
dipotong rapat ke pangkal dengan memakai dodos kecil ( mata dodos 7 – 8 cm ) atau arit kecil, kemudian
cabang-cabang tersebut di keluarkan dari piringan dan disusun di tengah-tengah gawangan
mati.
- Setelah
pekerjaan tunas pasir selesai hingga masa tunas selektif, maka dilarang keras
memotong cabang untuk tujuan apapun, kecuali untuk analisa daun, ini pun hanya
dibenarkan mengambil anak daunnya saja.
2.
TUNAS
SELEKTIF
Dilakukan pada tanaman menghasilkan (TM) yang berumur 5 – 6 tahun,
tergantung pada pertumbuhan pokok dengan tujuan mempersiapkan pokok untuk
dipanen. Suatu blok tanaman dapat mulai ditunas selektif jika
sekurang-kurangnya 40% telah mempunyai tandan buah yang hampir masak pada
tinggi ± 90 cm dari tanah (
diukur dari permukaan tanah ke pangkal tandan tertua ).
Cara Penunasannya :
- Batas tunas adalah ditinggal 3
(tiga) cabang di bawah buah terendah atau lazim disebut songgo 3.
- Semua cabang di bawah 3 (tiga)
songgo buah tersebut di atas supaya di tunas secara timbang air
keliling pokok.
- Cabang dipotong rapat ke pangkal
dari arah samping dan membentuk tapak kuda untuk menghindari pelukaan pokok.
-
Semua epiphyt seperti pakisan dan lain-lain yang tumbuh di
pokok sawit harus dicabut/dibersihkan.
- Penunasan sisa pokok yang 60% lagi
dilaksanakan 4 bulan kemudian, sehingga semua pokok di blok tersebut akhirnya
selesai
Alat yang digunakan :
-
Alat untuk tunas selektif adalah
dodos besar ( lebar mata yang tajam 14 cm ) yang dipakai juga untuk potong buah
pada tanaman produktif muda.
-
Alat yang sama masih terus dipakai
untuk tunas biasa hingga pokok mencapai ketinggian ± 2,5 meter.
-
Alat ini diberi gagang sepanjang
1,5 – 2 meter. Cabang dipotong rapat ke pangkal dari arah samping dan membentuk
tapak kuda untuk menghindari pelukaan pokok.
3.
TUNAS
UMUM ( PERIODIK )
Dilakukan pada tanaman yang telah berumur di atas 6 ( enam
) tahun dengan rotasi 9 ( sembilan bulan ) sekali, sedangkan untuk satu tahun
ada 1,3 rotasi. Perencanaannya tiap tahun harus didasarkan pada rotasi terakhir
di tahun sebelumnya.
Cara Penunasannya :
- Pada
tanaman muda dan remaja ( sampai umur 8 tahun ), jumlah daun yang aktif
dipertahankan 48 – 56 cabang atau dengan istilah songgo 3. Sedangkan untuk
tanaman yang lebih tua di tinggal 40 - 48 cabang dengan istilah songgo 2.
- Cabang
dipotong rapat ke batang dengan bidang tebasan berbentuk tapak kuda yang
membentuk sudut 30ยบ terhadap garis horizontal
-
Selama
menunas, semua epiphyt pada batang dibersihkan dengan mencabut dengan tangan
dan memukul pakai cabang pada bagian yang lebih tinggi.
-
Untuk
pohon yang sakit atau kuning daunnya karena defisiensi hara harus ditunas lebih
hati-hati, cukup membuang daun yang kering saja.
Cara
Penyusunan cabang :
- Cabang-cabang
disusun ( dirumpuk ) di tengah-tengah gawangan mati. Untuk memudahkannya,
setiap 5 ( lima ) pokok dibuat pancang dari cabang, sehingga susunan cabang
lurus/tidak lari.
- Cabang
tidak perlu dipotong-potong, melainkan disusun
memanjang searah barisan pohon, saling tindih dan tidak berserakan.
Diusahakan pangkal cabang letaknya seragam, misalnya menghadap ke arah Timur
atau ke Barat semua, sehingga rumpukan tidak melebar.
-
Setiap
50 meter agar dibuat “pintu” untuk jalan melintas antar gawangan.
-
Bila
di gawangan mati kebetulan terdapat parit yang memanjang searah barisan pohon,
maka cabang-cabang harus dipotong menjadi tiga bagian dan disusun diantara
pokok dalam barisan.
- Susunan
cabang baik yang di gawangan mati maupun diantara pokok dalam barisan harus
berada di luar piringan.
- Untuk
areal berbukit cabang disusun diantara tanaman untuk mencegah erosi ( hasil penyusunan cabang disajikan pada
Gambar 12.4. ).
- Untuk
areal bergelombang yang arah rintisannya memanjang dari puncak bukit ke kaki
bukit, susunan cabang harus searah ( artinya pucuk bertindih dengan pucuk,
pangkal dengan pangkal ), dimana pucuk harus berada di bagian lereng yang
tertinggi.
Keuntungan Cara Penyusunan
Cabang di atas adalah :
a.
Cabang
tidak perlu dipotong-potong, kecuali jika ada parit memanjang searah gawangan,
sehingga menghemat energi dan waktu tukang potong buah/tunas.
b.
Piringan
tidak bertambah sempit oleh ujung-ujung cabang karena telah disusun jauh di
tengah gawangan mati.
c.
Hancak
panen dari masing-masing tukang potong buah lebih aman dari saling “curi buah”
antara sesama pemanen ( pindah antar rintis lebih sulit ).
d.
Menekan
pertumbuhan gulma ditengah gawangan.
e.
Sebagai
bahan pupuk organik yang selanjutnya menambah hara tanah, menjaga struktur
tanah dan kelembaban, sehingga merangsang pertumbuhan akar sawit di daerah
gawangan mati.
f.
Mempermudah
aktifitas pekerjaan lainnya seperti penaburan pupuk, semprot piringan,
pengambilan buah dan kutip brondolan.
ORGANISASI TUNAS
1.
Satu
orang menghancakkan satu pasar rintis ( 2 baris tanaman ).
2.
Kembali mengancak 1 orang 1 baris
3. Potong cabang, langsung
disusun menurut point 5.
4. Tunasan harus mepet ke pokok
dan membentuk tapak kuda.
5. Bersihkan pokok dari epiphyt
dan sampah-sampah dibuang ke luar piringan.
6. Setelah itu baru pindah ke
pokok berikutnya.
g.
Perpindahan
dari blok ke belok berikutnya di satu divisi harus sistematis ( searah jarum
jam atau kebalikannya dan harus konsisten ).
Kemampuan
Tenaga Tunas
1 orang mampu
melakukan pekerjaan tunas antara 55 sd 70 pokok atau 2,5 Hk sd 2 HK per hektar.
Atau dengan biaya Rp 1090 perpokok atau Rp 150.000 per hektar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar