Selasa, 08 November 2011

Pedoman Teknis Tunas Pokok


Tunas Pokok

Definisi

Tunas pokok adalah pekerjaan membuang pelepah kelapa sawit yang sudah tidak berfungsi lagi dan meninggalkan sejumlah pelepah yang berguna untuk proses fotosintesa, biasanya jumlah pelepah yang ditinggalkan adalah 48-56 pelepah untuk tanaman muda (songgo 3), 40-48 pelepah untuk tanaman dewasa (songgo 2) dan 32-40 pelepah untuk tanaman tua (songgo 1).

Tujuan Penunasan :
-     Agar pelepah-pelepah yang tidak berfungsi tidak mengambil makanan dari batang.
-     Mempermudah pekerjaan potong buah ( melihat dan memotong buah masak ).
-     Menghindari tersangkutnya brondolan pada ketiak cabang.
-     Mempermudah pengamatan buah matang pada saat pekerjaan potong buah.
-     Melakukan sanitasi ( kebersihan ) tanaman, sehingga menciptakan lingkungan yang        tidak sesuai bagi perkembangan hama dan penyakit.
-     Memperlancar proses penyerbukan alami.
-     Pada tanaman muda ( tunas pasir ) dapat mempermudah pemupukan, cuci rumput         piringan,  dan  pengutipan brondolan.

1.    TUNAS PASIR
Selama masa TBM hingga 6 ( enam )  bulan sebelum panen pertama, tidak dibenarkan melakukan pekerjaan tunas apapun karena diharapkan untuk vegetatifnya. Prinsip pertama ( tunas pasir )  adalah hanya membuang cabang-cabang tua dan kering.
Cara Penunasannya :
-  Seluruh cabang-cabang tua dan kering dibuang, sedangkan cabang di atasnya dibiarkan.
-     Cabang dipotong rapat ke pangkal dengan memakai dodos kecil ( mata dodos        7 – 8 cm ) atau arit kecil, kemudian cabang-cabang tersebut di keluarkan dari piringan dan disusun di tengah-tengah gawangan mati.
-    Setelah pekerjaan tunas pasir selesai hingga masa tunas selektif, maka dilarang keras memotong cabang untuk tujuan apapun, kecuali untuk analisa daun, ini pun hanya dibenarkan mengambil anak daunnya saja.


2.    TUNAS SELEKTIF
Dilakukan pada tanaman menghasilkan (TM) yang berumur 5 – 6 tahun, tergantung pada pertumbuhan pokok dengan tujuan mempersiapkan pokok untuk dipanen. Suatu blok tanaman dapat mulai ditunas selektif jika sekurang-kurangnya 40% telah mempunyai tandan buah yang hampir masak pada tinggi ± 90 cm dari tanah         ( diukur dari permukaan tanah ke pangkal tandan tertua ).
Cara Penunasannya :
-    Batas tunas adalah ditinggal 3 (tiga) cabang di bawah buah terendah atau lazim disebut songgo 3.
-    Semua cabang di bawah 3 (tiga) songgo buah tersebut di atas supaya di tunas secara timbang air keliling pokok.
-    Cabang dipotong rapat ke pangkal dari arah samping dan membentuk tapak kuda untuk menghindari pelukaan pokok.
-     Semua epiphyt  seperti pakisan dan lain-lain yang tumbuh di pokok sawit harus dicabut/dibersihkan.
-     Penunasan sisa pokok yang 60% lagi dilaksanakan 4 bulan kemudian, sehingga semua pokok di blok tersebut akhirnya selesai
 Alat  yang digunakan :
-     Alat untuk tunas selektif adalah dodos besar ( lebar mata yang tajam 14 cm ) yang dipakai juga untuk potong buah pada tanaman produktif muda.
-     Alat yang sama masih terus dipakai untuk tunas biasa hingga pokok mencapai ketinggian ± 2,5 meter.
-     Alat ini diberi gagang sepanjang 1,5 – 2 meter. Cabang dipotong rapat ke pangkal dari arah samping dan membentuk tapak kuda untuk menghindari pelukaan pokok.
3.    TUNAS UMUM ( PERIODIK )
Dilakukan pada tanaman yang telah berumur di atas 6 ( enam ) tahun dengan rotasi 9 ( sembilan bulan ) sekali, sedangkan untuk satu tahun ada 1,3 rotasi. Perencanaannya tiap tahun harus didasarkan pada rotasi terakhir di tahun sebelumnya.

Cara Penunasannya :
-   Pada tanaman muda dan remaja ( sampai umur 8 tahun ), jumlah daun yang aktif dipertahankan 48 – 56 cabang atau dengan istilah songgo 3. Sedangkan untuk tanaman yang lebih tua di tinggal 40 - 48 cabang dengan istilah songgo 2.
-       Cabang dipotong rapat ke batang dengan bidang tebasan berbentuk tapak kuda yang membentuk sudut 30ยบ terhadap garis horizontal
-      Selama menunas, semua epiphyt pada batang dibersihkan dengan mencabut dengan tangan dan memukul pakai cabang pada bagian yang lebih tinggi.
-       Untuk pohon yang sakit atau kuning daunnya karena defisiensi hara harus ditunas lebih hati-hati, cukup membuang daun yang kering saja. 
Cara Penyusunan cabang :
- Cabang-cabang disusun ( dirumpuk ) di tengah-tengah gawangan mati. Untuk memudahkannya, setiap 5 ( lima ) pokok dibuat pancang dari cabang, sehingga susunan cabang lurus/tidak lari.
-    Cabang tidak perlu dipotong-potong, melainkan disusun  memanjang searah barisan pohon, saling tindih dan tidak berserakan. Diusahakan pangkal cabang letaknya seragam, misalnya menghadap ke arah Timur atau ke Barat semua, sehingga rumpukan tidak melebar.
-          Setiap 50 meter agar dibuat “pintu” untuk jalan melintas antar gawangan.
-         Bila di gawangan mati kebetulan terdapat parit yang memanjang searah barisan pohon, maka cabang-cabang harus dipotong menjadi tiga bagian dan disusun diantara pokok dalam barisan.
-      Susunan cabang baik yang di gawangan mati maupun diantara pokok dalam barisan harus berada di luar piringan.
-       Untuk areal berbukit cabang disusun diantara tanaman untuk mencegah erosi     ( hasil penyusunan cabang disajikan pada Gambar 12.4. ).
-       Untuk areal bergelombang yang arah rintisannya memanjang dari puncak bukit ke kaki bukit, susunan cabang harus searah ( artinya pucuk bertindih dengan pucuk, pangkal dengan pangkal ), dimana pucuk harus berada di bagian lereng yang tertinggi.

Keuntungan Cara Penyusunan Cabang di atas adalah :
a.    Cabang tidak perlu dipotong-potong, kecuali jika ada parit memanjang searah gawangan, sehingga menghemat energi dan waktu tukang potong buah/tunas.
b.    Piringan tidak bertambah sempit oleh ujung-ujung cabang karena telah disusun jauh di tengah gawangan mati.
c.    Hancak panen dari masing-masing tukang potong buah lebih aman dari saling “curi buah” antara sesama pemanen ( pindah antar rintis lebih sulit ).
d.    Menekan pertumbuhan gulma ditengah gawangan.
e.    Sebagai bahan pupuk organik yang selanjutnya menambah hara tanah, menjaga struktur tanah dan kelembaban, sehingga merangsang pertumbuhan akar sawit di daerah gawangan mati.
f.     Mempermudah aktifitas pekerjaan lainnya seperti penaburan pupuk, semprot piringan, pengambilan buah dan kutip brondolan.

ORGANISASI TUNAS
1.    Satu orang menghancakkan satu pasar rintis ( 2 baris tanaman ).
2.    Kembali mengancak 1 orang 1 baris
3.    Potong cabang, langsung disusun menurut point 5.
4.    Tunasan harus mepet ke pokok dan membentuk tapak kuda.
5.    Bersihkan pokok dari epiphyt dan sampah-sampah dibuang ke luar piringan.
6.    Setelah itu baru pindah ke pokok berikutnya.
g.    Perpindahan dari blok ke belok berikutnya di satu divisi harus sistematis ( searah jarum jam atau kebalikannya dan harus konsisten ).
Kemampuan Tenaga Tunas
1 orang mampu melakukan pekerjaan tunas antara 55 sd 70 pokok atau 2,5 Hk sd 2 HK per hektar. Atau dengan biaya Rp 1090 perpokok atau Rp 150.000 per hektar.

Minggu, 06 November 2011

KELAPA SAWIT

KELAPA SAWIT
Pendahuluan.

Kelapa sawit yang menghasilkan minyak kelapa dan minyak inti sawit adalah minyak tumbuhan dikosumsi berasal dari buah pohon kelapa. Kelapa sawit diekstraksi dari pulp atau dari buah kelapa sawit Elaeis guineensis, minyak inti kelapa sawit berasal dari kernel (biji) sawit dan minyak kelapa berasal dari kernel kelapa ( Cocos nucifera). Minyak sawit secara alami dalam warna kemerahan karena mengandung jumlah tinggi beta-karoten. Kelapa sawit, minyak inti sawit dan minyak kelapa adalah tiga dari beberapa lemak nabati yang sangat jenuh. Minyak sawit adalah semi-padat pada suhu kamar. Minyak sawit mengandung lemak jenuh dan tak jenuh beberapa bentuk gliseril laurat (0,1%, jenuh), miristat (1%, jenuh), palmitat (44%, jenuh), stearat (5%, jenuh), oleat (39%, tak jenuh tunggal), Linoleat (10%, tak jenuh ganda), dan linolenate (0,3%, tak jenuh ganda). Palm kernel minyak dan minyak kelapa lebih sangat jenuh dari minyak sawit. Seperti semua minyak nabati, minyak kelapa sawit tidak mengandung kolesterol (ditemukan dalam lemak hewani dimurnikan), meskipun asupan lemak jenuh meningkatkan baik LDL dan HDL kolesterol. Minyak kelapa sawit adalah bahan memasak umum di sabuk tropis Afrika, Asia Tenggara dan bagian dari Brasil. Penggunaannya meningkat di industri makanan komersial di bagian lain dunia ini didukung oleh biaya yang lebih rendah dan stabilitas oksidatif tinggi (saturasi) dari produk olahan ketika digunakan untuk menggoreng. Penggunaan minyak sawit dalam produk makanan sering fokus dari kelompok aktivis lingkungan, karena itu didokumentasikan sebagai penyebab kerusakan besar dan sering permanen pada lingkungan alam.

Sejarah Kelapa Sawit

Kelapa sawit (dari kelapa sawit Afrika, Elaeis guineensis) telah lama dikenal di negara-negara Afrika Barat, dan secara luas digunakan sebagai minyak goreng. Eropa pedagang perdagangan dengan Afrika Barat kadang-kadang membeli minyak sawit untuk digunakan di Eropa, tapi karena minyak itu memiliki kualitas lebih rendah dari minyak zaitun, minyak kelapa sawit tetap langka di luar Afrika Barat. [Kutipan diperlukan] Dalam Konfederasi Asan, budak milik negara yang dibangun perkebunan besar kelapa sawit pohon, sementara di Kerajaan tetangga Dahomey, Raja Ghezo meloloskan undang-undang tahun 1856 melarang rakyatnya dari menebang kelapa sawit. Minyak kelapa sawit menjadi sangat dicari oleh para pedagang komoditas Inggris, untuk digunakan sebagai pelumas industri untuk mesin selama Revolusi Industri di Inggris [kutipan diperlukan]. Kelapa sawit membentuk dasar dari produk sabun, seperti Lever Brothers (sekarang Unilever) "Sunlight Sabun", dan American merek Palmolive. Oleh c. 1870, kelapa sawit merupakan ekspor utama dari beberapa negara Afrika Barat seperti Ghana dan Nigeria, meskipun ini disusul oleh kakao di tahun 1880-an.

Penelitian

Pada tahun 1960, penelitian dan pengembangan (R & D) dalam pemuliaan kelapa sawit mulai memperluas setelah Departemen Malaysia Pertanian membentuk program pertukaran dengan perekonomian Afrika Barat dan empat perkebunan swasta membentuk Palm Oil Genetika Laboratorium Pemerintah juga didirikan. Kolej Serdang , yang menjadi Universiti Pertanian Malaysia (UPM) pada 1970-an untuk melatih insinyur pertanian dan agro-industri dan agro-bisnis lulusan untuk melakukan penelitian di lapangan. Pada tahun 1979, setelah lobi yang kuat dari minyak sawit pekebun dan dukungan dari Penelitian dan Pengembangan Pertanian Malaysia Institute (Mardi) dan UPM, pemerintah mendirikan Institut Penelitian Kelapa Sawit Malaysia (Porim). SM Sekhar berperan dalam membantu merekrut Porim dan ilmuwan melatih untuk melakukan R & D dalam pemuliaan pohon kelapa sawit, kelapa sawit gizi dan menggunakan oleokimia potensial. Sekhar, sebagai pendiri dan ketua, mendorong Porim menjadi lembaga publik-dan-swasta-terkoordinasi. Akibatnya, Porim (berganti nama menjadi Dewan Minyak Kelapa Malaysia pada tahun 2000) menjadi top penelitian Malaysia entitas mengkomersilkan 20% dari inovasi, dibandingkan dengan 5% di antara universitas lokal.

Nutrisi

Informasi lebih lanjut: asam palmitat Banyak makanan olahan mengandung minyak sawit sebagai bahan suatu. Kelapa sawit terdiri dari asam lemak, gliserol diesterifikasi dengan sama seperti lemak biasa. Hal ini tinggi asam lemak jenuh. Minyak kelapa sawit memberikan namanya menjadi 16-karbon asam lemak jenuh asam palmitat. Asam oleat tak jenuh tunggal juga merupakan konstituen dari minyak kelapa sawit. Minyak kelapa dimurnikan adalah sumber alami besar tocotrienol, bagian dari keluarga vitamin E. Perkiraan konsentrasi asam lemak (fatty acid) dalam minyak kelapa adalah sebagai berikut: Asam lemak isi dari kelapa sawit Jenis persen asam lemak Jenuh palmitat C16 44,3% Jenuh stearat C18 4,6% Miristat jenuh C14 1,0% Tak jenuh tunggal oleat C18 38,7% Linoleat C18 jenuh ganda 10,5% Lainnya / Tidak diketahui 0,9% merah: Jenuh; oranye: Mono jenuh; biru: Poli tak jenuh

Merah kelapa sawit

Merah minyak sawit mendapatkan namanya dari warna karakteristik merah gelap, yang berasal dari karoten seperti alpha-karoten, beta-karoten dan likopen-nutrisi yang sama yang memberikan tomat, wortel dan buah-buahan dan sayuran lainnya warna yang kaya mereka. Merah minyak sawit mengandung setidaknya 10 karoten lainnya, bersama dengan tocopherol dan tocotrienol (anggota keluarga vitamin E), CoQ10, pitosterol, dan glikolipid Dalam studi hewan 2007., Ilmuwan Afrika Selatan menemukan konsumsi minyak sawit merah secara signifikan penurunan p38-MAPK fosforilasi dalam hati tikus mengalami diet tinggi kolesterol. Sejak pertengahan 1990-an, merah minyak sawit telah dingin-ditekan dan botol untuk digunakan sebagai minyak goreng, dan dicampur ke dalam mayones dan minyak salad Merah kelapa sawit antioksidan seperti karoten tocotrienol dan yang. Ditambahkan ke makanan dan kosmetik karena mereka manfaat kesehatan diakui kesehatan. Dalam sebuah studi bersama-2004 antara Kuwait Lembaga Riset Ilmiah dan Dewan Kelapa Sawit Malaysia, para ilmuwan menemukan cookie, yang lebih tinggi pada kandungan lemak dari roti, adalah kendaraan yang lebih baik untuk fitonutrien minyak sawit merah. Dalam sebuah studi 2009, para ilmuwan di Spanyol menguji tingkat emisi akrolein dari menggoreng kentang merah kelapa, minyak zaitun dan tak jenuh ganda. Mereka menemukan tingkat emisi yang lebih tinggi akrolein dari minyak tak jenuh ganda. Para ilmuwan ditandai minyak sawit merah sebagai "mono-tak jenuh". Goreng kentang goreng dalam minyak sawit merah memberikan mereka sebuah warna yang menarik.

Refined, minyak dikelantang, Deodorized sawit Produk minyak sawit yang dibuat menggunakan proses penggilingan dan pemurnian: pertama menggunakan fraksinasi, dengan proses kristalisasi dan pemisahan untuk mendapatkan padat (stearin), dan cair (olein) fraksi. Kemudian mencair dan menghilangkan kotoran degumming. Lalu minyak disaring dan diputihkan. Selanjutnya, pemurnian fisik menghilangkan bau dan warna, untuk menghasilkan halus dikelantang deodorized minyak kelapa sawit, atau RBDPO, dan bebas asam lemak tipis, yang digunakan sebagai bahan baku penting dalam pembuatan sabun, sabun cuci dan kebersihan lainnya dan produk perawatan pribadi. RBDPO merupakan produk minyak dasar dijual di pasar komoditas dunia, meskipun banyak perusahaan fraksinasi lebih lanjut ke telapak olein, minyak goreng atau produk lainnya . Memisahkan minyak dan lemak dengan hidrolisis, atau di bawah kondisi dasar saponifikasi, menghasilkan asam lemak, dengan gliserin (gliserol) sebagai produk sampingan. Split-off asam lemak adalah campuran mulai dari C4 untuk C18, tergantung pada jenis minyak / lemak.

Penggunaan

Turunan dari asam palmitat digunakan dalam kombinasi dengan nafta selama Perang Dunia II untuk memproduksi napalm (aluminium dan aluminium naftenat palmitat). Banyak makanan olahan mengandung minyak sawit sebagai bahan suatu.

Biodiesel

Kelapa sawit, seperti minyak nabati lainnya, dapat digunakan untuk membuat biodiesel, baik sebagai minyak kelapa sawit hanya diolah dicampur dengan petrodiesel, atau diproses melalui transesterifikasi untuk membuat minyak sawit metil ester campuran, yang memenuhi EN 14214 spesifikasi internasional. Gliserin adalah produk sampingan dari transesterifikasi. Proses yang sebenarnya digunakan untuk memproduksi biodiesel di seluruh dunia bervariasi antara negara dan kebutuhan pasar yang berbeda. Proses biofuel generasi berikutnya produksi juga sedang diuji dalam jumlah percobaan relatif kecil. IEA memperkirakan bahwa penggunaan biofuel di negara-negara Asia akan tetap sederhana. Tetapi sebagai produsen utama minyak sawit, pemerintah Malaysia adalah mendorong produksi bahan baku biofuel dan pembangunan pabrik biodiesel minyak sawit. Di dalam negeri, Malaysia sedang mempersiapkan untuk berubah dari diesel untuk bahan bakar bio-tahun 2008, termasuk legislasi penyusunan yang akan membuat saklar wajib. Artikel ini sudah usang. Silahkan update artikel ini untuk mencerminkan peristiwa baru-baru atau informasi baru tersedia. Silakan lihat halaman pembicaraan untuk informasi lebih lanjut. (Agustus 2010) Dari 2007, semua solar yang dijual di Malaysia harus berisi minyak kelapa sawit 5%. Malaysia adalah muncul sebagai salah satu produsen biofuel terkemuka, dengan tanaman kelapa sawit 91 disetujui dan segelintir sekarang dalam operasi. Pada tanggal 16 Desember 2007, Malaysia membuka pabrik biodiesel pertama di negara bagian Pahang, dengan kapasitas tahunan 100.000 ton, dan yang juga menghasilkan produk sampingan berupa 4.000 ton sawit distilat asam lemak dan gliserin 12.000 ton kelas farmasi . Neste Oil Finlandia berencana untuk memproduksi 800.000 ton biodiesel per tahun dari minyak sawit Malaysia di kilang Singapura baru dari 2010, yang akan membuat pabrik biofuel terbesar di dunia, dan 170.000 tpa dari pertama generasi kedua tanaman di Finlandia 2007-8, yang dapat memperbaiki bahan bakar dari berbagai sumber. Neste dan Pemerintah Finlandia menggunakan ini bahan bakar parafin di beberapa bus umum di daerah Helsinki sebagai pilot skala kecil. Generasi pertama produksi biodiesel dari minyak sawit adalah permintaan global. Minyak sawit juga merupakan pengganti utama untuk minyak lobak di Eropa, yang juga mengalami permintaan baru untuk keperluan biodiesel. Produsen minyak sawit menginvestasikan dana besar dalam kilang diperlukan untuk biodiesel. Di perusahaan-perusahaan Malaysia telah penggabungan, membeli orang lain keluar dan membentuk aliansi untuk mendapatkan skala ekonomi yang dibutuhkan untuk menangani biaya tinggi disebabkan oleh harga bahan baku meningkat. Kilang baru sedang dibangun di seluruh Asia dan Eropa. Sebagai makanan vs gunung memicu perdebatan, penelitian beralih ke produksi biodiesel dari limbah. Di Malaysia, sebuah 50.000 ton minyak diperkirakan digunakan goreng, minyak nabati dan lemak hewani baik, dibuang tahunan tanpa pengobatan sebagai limbah. Dalam sebuah studi, peneliti menemukan 2006 menggunakan minyak goreng (terutama sawit olein), setelah pra-pengobatan dengan gel silika, adalah bahan baku yang cocok untuk konversi ke metil ester melalui reaksi katalitik menggunakan natrium hidroksida. Metil ester yang dihasilkan memiliki sifat bahan bakar yang sebanding dengan minyak diesel, dan dapat digunakan dalam mesin diesel dimodifikasi. Sebuah studi 2009 oleh para ilmuwan di Universitas Sains Malaysia menyimpulkan bahwa kelapa sawit, dibandingkan dengan minyak nabati lainnya, merupakan sumber minyak nabati yang sehat dan pada saat yang sama, tersedia dalam jumlah yang dapat memenuhi permintaan global untuk biodiesel. Penanaman kelapa sawit dan konsumsi kelapa sawit circumvents debat makanan vs bahan bakar karena memiliki kapasitas untuk memenuhi kedua tuntutan secara bersamaan Pada tahun 2050, seorang ilmuwan Inggris memperkirakan permintaan global untuk minyak goreng mungkin akan menjadi sekitar 240 juta ton, hampir dua kali. 2008 konsumsi. Sebagian besar minyak tambahan mungkin kelapa sawit, yang memiliki biaya produksi terendah dari minyak besar, tetapi produksi minyak kedelai mungkin akan juga meningkat. Sebuah tambahan 12.000.000 hektar (46.000 sq mi) dari kelapa sawit mungkin diperlukan, jika hasil rata-rata terus meningkat seperti di masa lalu. Ini tidak perlu dengan mengorbankan hutan;. Kelapa sawit ditanam di padang rumput antropogenik dapat memasok semua minyak yang diperlukan untuk keperluan dimakan pada tahun 2050.

Pasar

Menurut Hamburg berbasis Minyak Dunia jurnal perdagangan, pada tahun 2008, produksi global minyak dan lemak berdiri pada 160 juta ton. Kelapa sawit dan minyak inti sawit bersama-sama penyumbang terbesar, akuntansi untuk 48 juta ton atau 30% dari total output. Minyak kedelai datang kedua dengan 37 juta ton (23%). Sekitar 38% dari minyak dan lemak diproduksi di dunia dikirim ke seluruh lautan. Dari 60.300.000 ton minyak dan lemak diekspor ke seluruh dunia, kelapa sawit dan minyak inti sawit membuat hampir 60%;. Malaysia, dengan 45% dari pangsa pasar, mendominasi perdagangan minyak sawit.

Produksi Daerah
Indonesia

Pada 2009, Indonesia merupakan produsen terbesar minyak sawit, melampaui Malaysia pada 2006, memproduksi lebih dari 20,9 juta ton. Indonesia ingin menjadi produsen top dunia minyak sawit [40] Tetapi pada akhir 2010, 60 persen dari output diekspor masih dalam bentuk Crude Palm Oil.. [41] FAO produksi menunjukkan data meningkat lebih dari 400% antara 1994-2004, lebih dari 8.660.000 ton metrik. Selain melayani pasar tradisional, Indonesia adalah mencari untuk lebih berupaya untuk memproduksi biodiesel. Perusahaan lokal dan global utama membangun pabrik dan kilang, termasuk PT. Astra Agro Lestari Terbuka (150.000 tpa kilang biodiesel), PT. Bakrie Group (pabrik biodiesel dan perkebunan baru), Surya Dumai Group (kilang biodiesel). Cargill (kadang-kadang beroperasi melalui CTP Holdings Singapura, adalah membangun kilang baru dan pabrik di Malaysia dan Indonesia, yang memperluas kilang Rotterdam untuk menangani 300.000 tpa kelapa sawit, perkebunan memperoleh di Sumatera, Kalimantan, semenanjung Indonesia dan Papua Nugini). Robert Kuok Wilmar International Limited telah perkebunan dan 25 kilang di seluruh Indonesia, untuk memasok bahan baku untuk kilang biodiesel baru di Singapura, Riau, Indonesia dan Rotterdam.

Malaysia

Pada tahun 2008, Malaysia memproduksi 17,7 juta ton minyak sawit di 4.500.000 hektar (17.000 mil persegi) dari tanah, dan merupakan produsen terbesar kedua minyak kelapa sawit, yang mempekerjakan lebih dari 570.000 orang . Malaysia adalah terbesar kedua di dunia pengekspor minyak kelapa sawit. Sekitar 60% dari ekspor minyak sawit dari Malaysia yang dikirim ke China, Uni Eropa, Pakistan, Amerika Serikat dan India. Mereka sebagian besar dibuat menjadi minyak goreng, margarin, lemak khusus dan oleokimia. Pada bulan Desember 2006, merger pemerintah Malaysia dimulai dari Sime Darby Berhad, Emas Harapan Perkebunan Berhad dan Kumpulan Guthrie Berhad untuk membuat minyak terbesar di dunia kelapa pemain perkebunan terdaftar. Dalam sebuah kesepakatan bersejarah senilai RM31 miliar, merger melibatkan usaha dari delapan perusahaan yang terdaftar dikendalikan oleh Permodalan Nasional Berhad (PNB) dan Karyawan Provident Fund (EPF). Sebuah kendaraan tujuan khusus, Synergy Drive Sdn Bhd, yang ditawarkan untuk mengakuisisi seluruh bisnis termasuk aset dan kewajiban dari delapan perusahaan yang terdaftar. Dengan 543.000 hektar perkebunan dalam landbank, merger mengakibatkan entitas perkebunan kelapa sawit yang dapat menghasilkan 2,5 juta ton minyak kelapa sawit atau 5% dari produksi global di tahun 2006. Setahun kemudian, merger selesai dan entitas berganti nama menjadi Sime Darby Berhad.

Kolombia

Pada tahun 1960, sekitar 18.000 hektar (69 sq mi) yang ditanami dengan kelapa. Kolombia kini telah menjadi produsen minyak sawit terbesar di Amerika, dan 35% dari produknya diekspor sebagai biofuel. Pada tahun 2006, pemilik perkebunan Kolombia asosiasi, Fedepalma, melaporkan bahwa minyak budidaya sawit memperluas ke 1.000.000 hektar (3.900 sq mi). Perluasan ini didanai, sebagian, oleh United States Agency for International Development untuk memukimkan anggota paramiliter dilucuti atas lahan pertanian, dan oleh pemerintah Kolombia, yang mengusulkan untuk memperluas penggunaan lahan untuk tanaman ekspor untuk 7.000.000 hektar (27.000 mil persegi) pada tahun 2020, termasuk kelapa sawit. Fedepalma menyatakan bahwa anggotanya mengikuti pedoman yang berkelanjutan, Beberapa Afro-Kolombia mengklaim bahwa beberapa perkebunan baru telah diambil alih dari mereka setelah mereka telah diusir karena kemiskinan dan perang sipil, sementara penjaga bersenjata mengintimidasi orang-orang yang tersisa untuk lebih berkurang tanah, sementara produksi koka dan perdagangan mengikuti di belakang mereka.

Produsen Lain

Benin

Palm adalah asli lahan basah di Afrika barat, dan selatan Benin sudah banyak host perkebunan kelapa. Its 'Kebangkitan Program Pertanian' telah mengidentifikasi ribuan hektar lahan sebagai cocok untuk perkebunan kelapa sawit ekspor baru. Terlepas dari keuntungan ekonomi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), seperti Alam Tropicale, biofuel mengklaim akan bersaing dengan produksi pangan dalam negeri di beberapa situs yang ada pertanian utama. Daerah lain terdiri dari lahan gambut, yang drainase akan memiliki dampak lingkungan merugikan. Mereka juga tanaman transgenik yang bersangkutan akan diperkenalkan untuk pertama kalinya ke kawasan ini, membahayakan premi saat ini dibayar untuk non-GM tanaman mereka.

Kenya

Produksi dalam negeri Kenya minyak nabati meliputi sekitar sepertiga dari kebutuhan tahunan, diperkirakan sekitar 380.000 metrik ton. Sisanya diimpor dengan biaya sekitar US $ 140 juta per tahun, membuat minyak goreng impor kedua negara yang paling penting setelah minyak bumi. Sejak tahun 1993 berbagai hibrida baru-toleran dingin sawit, tinggi menghasilkan minyak telah dipromosikan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa di Kenya barat. Serta mengurangi defisit negara minyak nabati sambil memberikan hasil panen yang penting, hal ini diklaim memiliki manfaat lingkungan di wilayah ini, karena tidak bersaing dengan tanaman pangan atau vegetasi asli dan menyediakan stabilisasi untuk tanah.

Ghana

Ghana memiliki banyak vegetasi kacang sawit, yang dapat menjadi kontributor penting untuk pertanian dari wilayah Black Star. Meskipun Ghana beberapa jenis palem, mulai dari kacang sawit lokal untuk spesies lain secara lokal disebut Agric, hanya dipasarkan secara lokal dan negara-negara tetangga.

Dampak

Sosial

Produsen minyak sawit dituduh berbagai pelanggaran hak asasi manusia, dari upah rendah dan kondisi kerja yang buruk untuk pencurian tanah dan pembunuhan. Namun, beberapa prakarsa sosial menggunakan keuntungan minyak kelapa sawit untuk membiayai strategi pengentasan kemiskinan . Contohnya meliputi pembiayaan Magbenteh rumah sakit di Makeni, Sierra Leone melalui keuntungan yang dibuat dari minyak sawit ditanam oleh petani lokal kecil, Bencana Presbyterian Bantuan itu Ketahanan Pangan Program, yang menarik pada seorang wanita yang dijalankan koperasi untuk tumbuh kelapa sawit, keuntungan dari yang diinvestasikan kembali dalam ketahanan pangan, atau Pangan dan Pertanian minyak hibrida Organisasi proyek sawit di Kenya Barat, yang meningkatkan pendapatan dan diet penduduk lokal.

Kedokteran

Meskipun kelapa sawit diterapkan untuk luka untuk efek antimikroba yang seharusnya, penelitian tidak mengkonfirmasi efektivitas.

Kesehatan

Netralitas bagian ini adalah sengketa. Silakan lihat diskusi di halaman pembicaraan. Harap tidak menghapus pesan ini sampai sengketa tersebut diselesaikan. (September 2011)

Darah efek lemak dan kolesterol

Pusat Ilmu Pengetahuan untuk Kepentingan Umum menyatakan bahwa minyak sawit yang tinggi di jenuh dan rendah lemak tak jenuh ganda, meningkatkan penyakit jantung. Laporan penelitian yang dikutip IHSG kembali ke 1970 dan metastudies. IHSG juga mengatakan bahwa The National Heart, Lung dan Darah Institute, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan otoritas kesehatan lainnya telah mendesak mengurangi konsumsi minyak sawit. WHO menyatakan bahwa ada bukti yang meyakinkan bahwa konsumsi asam palmitat berkontribusi terhadap peningkatan risiko penyakit jantung berkembang 2005 penelitian di Kosta Rika. Menyarankan konsumsi non-minyak terhidrogenasi tak jenuh lebih dari kelapa sawit. Pada tahun 1993, Institut Malaysia untuk kepala Research Medis Penyakit Kardiovaskular Satuan Kardiovaskular, Pusat Diabetes dan Nutrisi Dr Tony Ng Wai Kock [81] menunjukkan bahwa dampak kolesterol lemak jenuh dipengaruhi oleh jumlah tersebut pada posisi sn-2. Meskipun kandungan asam palmitat yang tinggi (41%) minyak sawit, hanya 13-14% hadir pada posisi sn-2. Dalam respon email ke WHO 2002 draft laporan, Dr David Kritchevsky dari Institut Wistar di Philadelphia membantah bahwa ada, pada waktu itu, setiap data yang menunjukkan konsumsi minyak kelapa menyebabkan aterosklerosis. Namun, sebuah studi 2006 yang didukung oleh Institut Kesehatan Nasional dan USDA Agricultural Research Service menyimpulkan bahwa minyak sawit bukan merupakan pengganti aman untuk lemak terhidrogenasi parsial (lemak trans) dalam industri makanan, karena kelapa sawit menghasilkan perubahan yang merugikan dalam darah konsentrasi kolesterol LDL dan apolipoprotein B seperti lemak trans tidak.

Perbandingan dengan binatang lemak jenuh

Tidak semua lemak jenuh sama-sama cholesterolemic. Penelitian telah menunjukkan bahwa konsumsi olein sawit (yang lebih tidak jenuh) mengurangi kolesterol darah bila dibandingkan dengan sumber lemak jenuh seperti lemak minyak, susu dan hewan kelapa. Pada tahun 1996, Dr Becker dari University of Massachusetts menekankan bahwa lemak jenuh dalam posisi sn-1 dan -3 dari triacylglycerols menunjukkan pola metabolisme yang berbeda karena absorptivitas rendah. Diet lemak yang mengandung lemak jenuh terutama di sn-1 dan -3 posisi (misalnya, cocoa butter, minyak kelapa, dan minyak sawit) memiliki konsekuensi biologis yang sangat berbeda daripada lemak di mana lemak jenuh terutama pada posisi sn-2 (misalnya , lemak susu dan lemak babi). Perbedaan di lokasi asam lemak stereospesifik harus menjadi pertimbangan penting dalam desain dan interpretasi studi gizi lipid dan dalam produksi produk makanan khusus.